-->
Sinar matahari menerobos masuk melalui jendela kamar Sinta . Burung-burung berkicau ria pada pagi yang cerah ini. Sinta terbangun saat cahaya matahari yang berhasil menyelinap dari sela sela tirai kamar menerpa wajahnya. Ia menggeliat malas di atas tempat tidur dan mengucek matanya. Diliriknya jam meja yang ada di sebelahnya. Rupanya sudah pukul delapan pagi.
Ia segera bangun dari tempat tidur dan membuka jendela kamarnya. Udara pagi yang sejuk langsung menerpa wajahnya.
Hari ini adalah hari Minggu, hari favorit Sinta karena ia bisa bangun lebih siang daripada biasanya. Ia mandi dan berganti pakaian . Setelah rapi, ia segera turun dari kamarnya ke ruang makan untuk sarapan. Di meja makan sudah terdapat dua lembar roti tawar dan segelas susu coklat hangat kesukaan Sinta. Rupanya mamanya baru saja menyiapkan sarapan tersebut dan langsung berangkat kerja bersama papanya.
Ya, mama dan papa nya memang orang kantoran super sibuk yang mesti bekerja pada hari Minggu sekalipun. Namun Sinta tak pernah mengeluh, ia tahu semua itu dilakukan mama dan papa nya karena mereka begitu menyayangi dirinya.
Hari ini Sinta hanya sendirian di rumah, jadi ia memutuskan untuk membaca buku dan bermain komputer sepuasnya . Menjelang petang, orangtuanya tak kunjung pulang, jadi Sinta memutuskan untuk pergi ke taman di dekat rumahnya. Waktu menunjukkan pukul tiga sore saat ia berangkat ke taman.
Sesampainya di taman, Sinta duduk di bangku taman yang panjang dan hanya memandangi aktivitas yang ada di sana. Kebetulan ia membawa sebuah buku di tas kecilnya, jadi ia membaca buku tersebut. Kira kira pukul 4:30 sore, langit mulai menghitam dan awat tebal berwarna abu-abu menutupi langit yang tadi cerah. Sinta mengenali tanda tanda itu. Itu adalah tanda akan turunnya hujan. Sinta segera berjalan pulang ke rumahnya
Tepat ketika ia sampai di teras rumah, hujan turun dengan derasnya. Sinta masuk ke rumahnya dan memandang hujan melalui jendela rumahnya. Matanya menatap sedih ke arah hujan yang merambat turun di jendela rumahnya. Ia teringat peristiwa beberapa tahun silam
3 tahun yang lalu kakaknya mengalami kecelakaan saat mengendarai motor pulang ke rumah waktu hujan deras dan tak berhasil diselamatkan.
5 tahun yang lalu kakeknya meninggal saat hujan turun dengan deras.
Tak lama kemudin, neneknya meninggal saat hujan turun seharian.
Hujan seperti membawa malapetaka bagi Sinta, Tanpa disadarinya sebutir air mata jatuh di pipinya yang halus. Hujan telah berhenti sekarang. Daun dan rumput yang ditimpa air hujan tampak berkilauan saat terkena cahaya matahari. Tak lama kemudian muncul pelangi yang indah.
Saat sedang asik asik nya memandangi pelangi, bel pintu berbunyi. Sinta segera membukakan pintu. Ternyata tetangganya Pak Gunawan mengabarkan bahwa orang tuanya mengalami kecelakaan saat mengendarai mobil dan ditabrak oleh truk dan meninggal. Sinta menangis dengan memilukan.
Mungkin hujan memang membawa kesedihan dan malapetaka bagi Sinta.
Mungkin dan hanya mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar