Rabu, 08 September 2010




ANIMATED MOOVING BOOK .
Tumpukan Buku Yang Membuat Kita Merinding
Apa maksudnya?
Hm...
Apa yang akan anda rasakan bila suatu saat anda berjalan di sebuah lemari buku di malam hari, dan suasana diruangan itu remang-remang
dan kemudian secara tiba-tiba buku-buku yang ada dilemari itu keluar dari barisannya? Takut?

Animated Moving Books adalah beberapa buku palsu yang dibuat mirip dengan buku asli yang bisa bergerak
keluar-masuk apabila sensor yang ada menditeksi orang yang lewat di depannya.

Barisan buku di bagian tengah akan mendadak keluar dan masuk kembali bila ada orang lewat
kemudian ditambah suara-suara gesekan pintu dan lainnya, sehingga akan menjadi bulu kuduk anda merinding. Hihihihi....

Jumat, 23 Juli 2010

Kupu-Kupu Terakhir



Aku ingin bercerita tentang kehidupan disini waktu dulu . Dulu disini sangatlah indah. Tapi, zaman telah mengubah segalanya.

Kalian mungkin ingin tahu siapa aku. Tapi nanti aku akan memberitahu kalian. sekarang aku ingin bercerita tentang masa laluku. Lebih baik kalian mendengarkan dahulu.

3 tahun yang lalu

Di tempat ini, tepat di tanah yang luas ini, dulu terdapat banyak kupu- kupu cantik yang suka berkeliaran. Anak-anak dan orang dewasa sering sekali bermain ke tempat ini untuk melihat keindahan alam. Kadang anak- anak berlarian kian kemari mencoba menangkap kupu-kupu cantik yang terbang di sekitar mereka.

Kehidupan disini sangatlah damai dan tentram. Bunga-bunga bermekaran dimana-mana . Sepertinya tempat ini adalah surga bagi kupu-kupu dan juga manusia yang mencintai alam. Aku pun dulu sangat berbahagia disini. Aku merasa mendapatkan kebebasan setiap kali ke sini.

Aku merasa inilah tempat paling indah dan nyaman yang pernah kukunjungi. Hari -hari di sini berjalan dengan sangat indah bagiku. Aku merasa tidak ingin meninggalkan tempat ini. Aku ingin terus disini. Di sini tubuhku seperti mendapat energi yang penuh dan tidak akan pernah habis.

Udara di sini sangatlah sejuk. Walaupun terletak di kota, tapi karena banyak pepohonan ,udara terasa cukup sejuk. Langka sekali kan hal ini di perkotaan? Tempat ini seperti taman kota yang alami .

Sampai pada suatu hari beberapa orang mulai menangkap kupu- kupu disini untuk dijual. Kian hari kian sedikit kupu- kupu yang ada disini. Makin sedikit pula orang yang sering datang kesini. Aku pun juga tidak pernah kesana lagi.

Sekarang aku kembali ke tempat ini. Tempat ini tidak seperti dulu lagi. Sekarang tempat ini sudah disulap menjadi gedung perbelanjaan yang mewah.

Oh ya aku lupa menceritakan padamu. Di tempat ini, semua kupu -kupu sudah ditangkap. Tapi ada satu ekor kupu- kupu yang berhasil lolos. Mungkin kalian bisa menebak siapa kupu-kupu itu.

Ya. Akulah kupu- kupu terakhir itu.

Minggu, 18 Juli 2010

Pelangi Terindah



     “Aku mau pelangi itu, aku harus mengejarnya. Aduh kenapa sih pelanginya lari terus. ” 
      *jduk*. 
     "Aduh aku jatuh.. sakit.. Mamaa" tangis Lita . 
     " Kenapa sayang?" tanya mamanya lembut." Sini mama obatin ya" lanjut mamanya sambil tersenyum.

      "Mamaaa" Lita terbangun dengan terenggah-enggah seperti habis berlari ratusan kilometer. " Lagi-lagi mimpi itu" pikir Lita.
       Ya, Lita akhir-akhir ini sering memimpikkan tentang masa kecilnya mengejar pelangi. Sekarang ia menjadi membeci pelangi, padahal dulu ia sangat menyukai pelangi. Menurutnya mimpi tentang pelangi itu mengingatkan dirinya tentang mamanya yang sudah meninggal. Papa Lita yang khawatir mendengar teriakan Lita segera datang ke kamar Lita.
       " Ada apa sayang?" tanya papanya dengan nada khawatir.
       " Aku mimpi mama lagi pa.." kata Lita dengan nada sedih.
       " Iya papa tau kamu kangen sama mama. Tapi sekarang mama udah ga ada. Nah sekarang udah jam 6 tuh. Ayo siap-siap mau ke sekolah." kata papa Lita.

        Lita segera bersiap siap pergi ke sekolah. Di sekolah Lita belajar seperti biasa. Lalu saat pulang sekolah Bu Asri, wali kelas Lita mengumumkan sesuatu : "Anak-anak, besok adalah Hari Ibu, jadi besok kalian akan menceritakan tentang ibu kalian. Mengerti?".
        " Mengerti Bu" jawab anak-anak serempak.

        "Mama.." pikir Lita sedih

       Saat dijemput papanya, hujan turun dengan deras. Sesampainya di rumah, hujan itu berhenti secara perlahan-lahan. Saat masuk ke kamarnya pelangi terlihat dari jendela kamarnya. Lita segera menutup korden karena tidak ingin melihat pelangi tersebut.
        Lita tiba-tiba mengingat semua tentang mamanya. Mamanya yang penuh kasih.Mamanya yang selalu membacakan cerita untuknya sebelum tidur. Mamanya yang selalu mengajarinya belajar. Dan mamanya yang selalu memberinya semangat untuknya. Sinta menangis tertahan. Ia segera menghapus air matanya. Ia ingat kalau ia harus mengerjakan PR mat .
        Selesai mengerjakan PR waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Ia segera bersiap untuk tidur. Saat tidur ia bermimpi sesuatu tentang mamanya tapi bukan tentang masa kecilnya. Mimpinya kali ini sangatlah indah.

"Lita," pangil mamanya dalam mimpinya. 
" Mama?" tanya Lita tak percaya.
"Iya sayang. Ini mama. Kamu ga boleh benci sama pelangi lagi ya. Kamu harus suka lagi sama pelangi. Mama akan selalu menjagamu dan memandangmu lewat pelangi itu," kata mamanya. 
"Iya mama," jawab Lita patuh.

      Lita terbangun tidak dengan tersenggal senggal seperti biasanya. Kali ini dengan perasaan damai meliputi hatinya. Ia sekarang tau apa yang harus diceritakan tentang mamanya. Hari ini ia berangkat sekolah dengan berseri-seri.
      Saat pelajaran bahasa Indonesia, teman-temannya mulai maju menceritakan tentang ibunya. Saat para murid mulai bercerita, hujan gerimis mulai turun. Sekarang giliran Lita bercerita. Ia bercerita dengan sangat lancar.
      "Mamaku sudah gak ada di dunia ini, tapi sewaktu ia masih hidup, ia adalah mama terbaik yang aku punya. Dia selalu masakin aku makanan enak, nyisirin rambutku setiap pagi, dan selalu meluangkan waktunya buatku di tengah kesibukannya. Mamaku hebat!" cerocos Lita panjang lebar. Semua murid memberikan tepuk tangannya saat Lita selesai bercerita.
      Selesai Lita bercerita, hujan berhenti dan muncullah pelangi yang sangat indah. Pelangi itu seperti tersenyum pada Lita. Itulah pelangi terindah yang pernah dilihat Lita.

Sabtu, 17 Juli 2010

Mentari dan Bintang


       Namaku Mentari, lengkapnya Mentari Lindita . Aku adalah anak yatim piatu dan aku tinggal di panti asuhan yang bernama Panti Asuhan Cinta Kasih. Hari - hari di panti asuhan biasa aku habiskan dengan membaca ataupun membantu Ibu Ani, pengurus panti asuhan ini.
       Hari ini panti asuhan ku kedatangan seorang anak laki laki yang sepertinya sebaya denganku. Aku berkenalan dengannya. Namanya Bintang. Muhammad Bintang Mandala lengkapnya. Dari namanya aku mengira kalau dia adalah pemeluk agama islam, dan ternyata memang benar dia adalah seorang muslim. Aku sendiri adalah seorang Kristen.
       Makin hari aku makin dekat dengan Bintang. Kami sering ngobrol bareng. Hari -hari di panti asuhan makin menyenangkan bagiku karena aku mempunyai teman sebaya yang asyik diajak ngobrol. Belakangan aku tahu bahwa orang tuanya meninggal dalam kecelakaan lalu lintas. Bintang terlihat sedih saat mengingat hal yang menyebabkan kepergian kedua orang tuanya. Tatapannya menerawang. Aku hanya bisa menepuk punggung Bintang untuk menunjukkan rasa simpatiku, mencoba mengatakan kalau nasib anak anak yang ada disini sama kurang beruntungnya dengan dirinya. Kami semua sama sama tidak memiliki orang tua kandung.
       Hari-hari terus berlalu dan hari ini adalah hari ulang tahun ku. Orang yang mengucapkan selamat pertama kali padaku adalah Bintang. Ia membawa sepotong kue berbentuk persegi berukuran kecil sambil menyanyikan Happy Birthday. Tentu saja semua itu dilakukannya dengan pelan pelan karena jam dinding menunjukkan pukul dua belas malam. Aku terharu dan langsung memeluk Bintang. Pagi harinya, Ibu Ani dan teman-teman yang lain mengucapkan selamat padaku.
       Tiba-tiba Bu Ani memanggilku untuk berbicara empat mata. Ternyata Bu Ani berbicara soal kalungku yang kupakai sejak dulu. Bu Ani bercerita bahwa kalung itu ada sejak aku ditinggalkan disini oleh orangtuaku. Orang tuaku yang memberikannya padaku . Aku ingin menangis mendengarnya tapi kutahan. Lalu aku pamit untuk keluar pada Bu Ani.
       Aku tak habis pikir kenapa orang tuaku tega membuangku. Sebegitu tak diinginkannya kah aku? Dulu aku pikir, aku ada disini karena orang tuaku telah meninggal karena kecelakaan, namun saat mengetahui kenyataannya, rasanya aku ingin sekali berteriak untuk melampiaskan kekesalanku.
      Sesampainya di luar aku duduk di kursi taman dan menangis tersedu-sedu .Tiba-tiba seseorang sudah ada di sampingku dan menepuk pundakku. Aku menengok. Ternyata itu Bintang.
      "Mentari , aku sudah mendengar semuanya dari Bu Ani. Kamu harus semangat, Mentari. Kamu harus seperti namamu. Kamu harus seperti matahari yang menyinari dunia di sekitarmu."
      "Makasih ya, Bintang."
      "Iya,sama sama Mentari," katanya lembut. Digenggamnya tanganku dan ia mulai menautkan jemarinya dengan jemariku. Setelah itu kami hanya duduk bersisian dalam sunyi. Namun keheningan kali ini berbeda. Aku merasakan suatu kedamaian yang sudah lama tak aku rasakan.
      "Mentari, aku sayang kamu," kata Bintang pelan, namun aku dapat mendengarnya. Aku menatapnya dalam. Dapat kutemukan ketulusan terpancar dari kedua bola matanya.
      "Aku juga," kataku akhirnya sambil tersenyum dan menyenderkan kepalaku pada pundaknya. Malam itu langit dipenuhi oleh ribuan bintang terang yang menjadi saksi atas peristiwa itu.

Jumat, 16 Juli 2010

Hujan

Hujan

-->
           Sinar matahari menerobos masuk melalui jendela kamar Sinta . Burung-burung berkicau ria pada pagi yang cerah ini. Sinta terbangun saat cahaya matahari yang berhasil menyelinap dari sela sela tirai kamar menerpa wajahnya. Ia menggeliat malas di atas tempat tidur dan mengucek matanya. Diliriknya jam meja yang ada di sebelahnya. Rupanya sudah pukul delapan pagi.           
            Ia segera bangun dari tempat tidur dan membuka jendela kamarnya. Udara pagi yang sejuk langsung menerpa wajahnya.
           Hari ini adalah hari Minggu, hari favorit Sinta karena ia bisa bangun lebih siang daripada biasanya. Ia mandi dan berganti pakaian . Setelah rapi, ia segera turun dari kamarnya ke ruang makan untuk sarapan. Di meja makan sudah terdapat dua lembar roti tawar dan segelas susu coklat hangat kesukaan Sinta. Rupanya mamanya baru saja menyiapkan sarapan tersebut dan langsung berangkat kerja bersama papanya.
           Ya, mama dan papa nya memang orang kantoran super sibuk yang mesti bekerja pada hari Minggu sekalipun. Namun Sinta tak pernah mengeluh, ia tahu semua itu dilakukan mama dan papa nya karena mereka begitu menyayangi dirinya.
           Hari ini Sinta hanya sendirian di rumah, jadi ia memutuskan untuk membaca buku dan bermain komputer sepuasnya . Menjelang petang, orangtuanya tak kunjung pulang, jadi Sinta memutuskan untuk pergi ke taman di dekat rumahnya. Waktu menunjukkan pukul tiga sore saat ia berangkat ke taman.
           Sesampainya di taman, Sinta duduk di bangku taman yang panjang dan hanya memandangi aktivitas yang ada di sana. Kebetulan ia membawa sebuah buku di tas kecilnya, jadi ia membaca buku tersebut. Kira kira pukul 4:30 sore, langit mulai menghitam dan awat tebal berwarna abu-abu menutupi langit yang tadi cerah. Sinta mengenali tanda tanda itu. Itu adalah tanda akan turunnya hujan. Sinta segera berjalan pulang ke rumahnya
           Tepat ketika ia sampai di teras rumah, hujan turun dengan derasnya. Sinta masuk ke rumahnya dan memandang hujan melalui jendela rumahnya. Matanya menatap sedih ke arah hujan yang merambat turun di jendela rumahnya. Ia teringat peristiwa beberapa tahun silam

3 tahun yang lalu kakaknya mengalami kecelakaan saat mengendarai motor pulang ke rumah waktu hujan deras dan tak berhasil diselamatkan. 
5 tahun yang lalu kakeknya meninggal saat hujan turun dengan deras. 
Tak lama kemudin, neneknya meninggal saat hujan turun seharian.

           Hujan seperti membawa malapetaka bagi Sinta, Tanpa disadarinya sebutir air mata jatuh di pipinya yang halus. Hujan telah berhenti sekarang. Daun dan rumput yang ditimpa air hujan tampak berkilauan saat terkena cahaya matahari. Tak lama kemudian muncul pelangi yang indah.
          Saat sedang asik asik nya memandangi pelangi, bel pintu berbunyi. Sinta segera membukakan pintu. Ternyata tetangganya Pak Gunawan mengabarkan bahwa orang tuanya mengalami kecelakaan saat mengendarai mobil dan ditabrak oleh truk dan meninggal. Sinta menangis dengan memilukan.
          Mungkin hujan memang membawa kesedihan dan malapetaka bagi Sinta.
          Mungkin dan hanya mungkin.